Rabu, 08 Maret 2017
Minggu, 05 Maret 2017
Mengenal Ball Budhih (Bola Tangkap)
Siswa Miftahul Ulum bermain Ball Budhih. |
Salah satu olah raga tradisonal Madura yang hingga saat ini masih banyak peminatnya adalah bal budih (baca bola tangkap). Yaitu sejenis olahraga yang memperagakan kecepatan, ketangkasan, keseimbangan, dan konsentrasi.
Bal budih biasa dimainkan oleh warga Madura terutama Sumenep, oleh karenya olah raga ini sangat terkenal di Kabupaten Sumenep terutama di Kecamatan Lenteng dan Bluto. Beberapa hari lalu olah raga sempat menjadi pemicu tawuran dua warga desa Lenteng Timur dan desa Moncek Timur. Tawuran terjadi ketika pertandingan final bal budih. Untungnya tawuran tersebut cepat teratasi, sehingga tidak meluas dan membara.
Sekedar gambaran, bal budih biasanya dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri dari 9 orang dan cadangan 2 orang. Peralatan utama dari permainan ini adalah tenis, lapangan utama dengan ukuran 2 depa x 7 depa (untuk saat ini sudah biasa menggunakan ukuran meter), len (baca line) yaitu pembatas lapangan yang terdiri dari bambu bilah dua, terakhir eppak tempat berdirinya pemain ukuran normalnya 12 Cm x 25 Cm dengan tinggi 30 Cm dari permukaan tanah, sedang jarak antara pak dengan len depan 4,5 m.
Peraturan dalam permainan ini adalah masing-masing regu secara bergantian menjadi pemukul dan bertahan. Masing-masing regu memainkan permainan ini sebanyak 5 kali ongga’an (menjadi penyerang). Ketika ongga masing-masing pemain memiliki kewajiban untuk memukul bola. Nah ini dia yang sangat membedakan dengan olahraga lainnya, cara memukulnya unik, setiap pemain yang akan memukul harus naik ke eppak bertumpu pada satu kaki dengan cara membelakangi lawan, bola dilempar keatas kepala pemukul menggunakan satu tangan untuk kemudian dipukul dengan tangan terbuka kearah belakang mengarah ke lapangan. Pemain dituntut untuk memasukkan bola kelapangan dengan pukulan yang keras dan tidak boleh turun dari atas eppak, jika jatuh meski bola masuk maka akan gugur. Setiap pemain hanya mendapatkan kesempatan satu kali memukul dalam setiap ongga kecuali memasukkan bola.
Jika satu pemain sudah memasukkan bola melalui bal budihnya (memukul dengan cara membelakangi) maka dilanjutkan dengan teppakan (pukulan mengarah kedepan), teppakan juga dilakukan di atas eppak sama seperti memukul kearah belakang, teppakan dlakukan terus hingga mengumpulkan 5 poin. Jika suda terkumpul 5 poin permainan akan dilanjutkan dengan tendangan bola. Tendangan dilakukan cukup dengan memasukkan satu kali saja, dan jika tendangan masuk maka regu yang sudah memasukkan menang satu bindel, dan permainan harus dimulai dari bal budih lagi oleh semua regu. Dalam pertandingan bal budih terkadang hingga 4 kali ongga’an tidak ada bola masuk melalui bal budih, jika hal ini terjadi maka pada ongga’an kelima akan adu teppakan.
Sekarang mengenal posisi pemain bertahan di dalam len (lapangan utama). Masing-masing regu bertahan menempatkan pemain dengan formasi 3 orang komando, 1 orang penyumpet, 1 orang Tebeng payombet, 2 orang sayap, 2 orang kapten.
Tugas-tugas dari masing-masing posisi tersebut sebagai berikut ;
– Komando, berdiri tepat di depan len depan, tugasnya menghalau bola agar tidak masuk kelapangan.
– Tebeng, berposisi dicelah lebar yang tersedia di belakangnya komando
– Panyompet, berposisi menutupi celah sempit yang dimungkinkan bola melewati celah-celah sempit komando.
– Sayap kanan dan dan sayap kiri menjaga tepa dibelaknganya panyompet.
– Terakhir kapten 1 dan kapten 2 yang berada di lapangan paling belakang.
Kamis, 02 Maret 2017
Masuk Nominasi 100 Besar Cipta Puisi se ASEAN, Ini Harapan Guru SMP Terpadu Miftahul Ulum
Guru SMP Terpadu Miftahul Ulum berhasil masuk nominasi 100 besar cipta puisi se ASEAN 2017. Agenda tahunan yang diselenggarakan oleh IAIN Purwokerto ini terbuka bagi seluruh masyarakat luas, se ASEAN.
Final gelaran ini diselenggarakan Selasa (28/02) beberapa hari lalu. Sebelumnya, dilakukan proses seleksi karya puisi untuk menentukan 100 besar yang berhak dimasukkan dalam Antologi puisi se ASEAN.
"Alhamdulillah, setelah melalui persaingan yang cukup ketat, Ustad Moh. Razin berhasil lolos setelah menyisihkan 1000 lebih karya puisi lainnya," ujar Wakil Kepala SMP Terpadu, Muhsinuddin, saat ditemui di ruang kerjanya.
Karya Puisinya yang berjudul "Auramu Redup" berhasil masuk 100 besar dan telah dibukukan dalam 'Antologi Reqruiem Tiada Henti' yang diterbitkan oleh IAIN Purwokerto.
"Sekalipun tidak menjadi juara yang terpenting adalah pengalaman dan ilmu baru," ucap Moh. Razin, guru Bahasa Indonesia SMP Terpadu Miftahul Ulum.
Selain itu guru yang memiliki nama lain Samara El Haram ini menyampaikan harapannya, "Dengan masuk 100 besar, saya berharap bisa menjadi motivasi bagi siswa SMP Terpadu MU untuk lebih berprestasi dan go internasional." (Mhs/Tr).